Minggu, 20 Desember 2015

Bukankah mencintai adalah menerima?



Keputusan menjadi working mom, bukanlah keputusan mudah. Keputusan menikah muda juga bukanlah keputusan mudah. Namun, Riana adalah salah satu dari sekian banyak wanita yang marayakannya. Riana harus segera membabat habis 50 draft novel penulis pemula untuk dipilih diterbitkannya. Ya! Riana adalah seorang editor. Mengorbankan Ryan bocah berusia dua tahun yang juga ditinggal tugas suaminya merupakan pilihan yang berat.

Tokoh utama selain Riana dalam novel ini adalah Tyo. Riana dan Tyo sebenarnya adalah pasangan yang serasi, namun tidak demikian. Tyo juga memiliki mimpi layak pria lainnya, selain menjadi sutradara sebuah film. Tyo adalah rekan kerja Riana sebagai manager marketing diperusahannya. Keduanya tak hanya serasi, melainkan kenangan yang dimiliki keduanya terlanjur indah.

Riana merasa dari 50 draft yang dibacanya tidak ada satu pun yang layak terbit. Kecuali satu, dan Riana belum siap menerima pro-kontra. Tyo masih setia mendengar keluh kesah mantan kekasihnya itu berusaha meyakinkan Riana atas keputusannya.

So, let’s think out of the box, Ri. Buat gebrakan, tunjukin kalau karya ini berkualitas dan bisa diterima di pasaran.” (Hal 5) Perkataan Tyo bagai petir yang menyambar alam bawah sadarnya. Riana hampir lupa, kalau ia juga punya hak memperjuangkan karya yang dianggapnya bagus, tidak hanya mengikuti permintaan pasar dan perusahaan.

Dibalik proses terbit setelah Riana menghubungi penulis. Chynthia menarik pembaca mengintip masa lalu Riana dan Tyo. “Selama Riana mengenal Tyo, dia selalu memberikan hal positif untuk Riana, Bu. Riana akan jawab siap tapi mungkin untuk dua atau tiga tahun ke depan.” (Hal 20) Riana merasa sangat bahagia Tyo memperkenalkannya pada keluarga. Rumitnya, Tyo malah berubah tanpa kata. Riana dibuatnya terkatung-katung.

Nekat, Riana memberanikan diri mampir ke kos Tyo. Sayangnya, usaha Riana mendapati penjelasan Tyo berakhir dengan meninggalkannya seorang diri. Riana menatap seisi kamar Tyo, secarik kertas ditemukannya di sana. Riana baru menyadari Tyo lihai menulis. Tapi, jauh dalam lubuk hati Riana, dia merasa tulisan Tyo sama sekali tidak berhubungan dengannya.

Riandhika, pria yang ditemui Riana di Yogyakarta perlahan menyeret kekosongan hatinya yang telah resmi berpisah dengan Tyo. Riandhika sosok yang sempurna, dengan kesabaran Riandhika kekeh mendapatkan restu Ayah Riana.

Dengan bagian tubuh sebelah kanan yang sudah tidak berfungsi, Ayah berjalan dengan bertumpu pada bagian kirinya. Pria itu menghampiri Riandhika, “My princess will be your queen, protect her better than I did when she was a little kid.” (Hal 156) Mata Ayah berkaca-kaca setelah berusaha keras berbicara layaknya sosok Ayah yang normal, walaupun durasinya lebih lama dari orang sehat.

Ada juga Andra, wanita yang mendalami ilmu psikologi. Lewat Andra, Riana merencanakan sebuah pertemuan. Spontannya, Andra dan Tyo menjadi sangat akrap. Maka tak heran suatu hari Andra mengaku mencintai Tyo. Riana menatap Andra, meminta kesungguhan wanita itu. sosok Tyo memang mudah sekali dicintai, tapi sebuah penerimaan baru saja Riana rasakan dari Andra.

“Sejak pertama kali kamu meceritakannya dan meminta tolong padaku…,” Andra menghela napas. “Aku sudah memutuskan untuk menerimanya, Ri.” (Hal 107) Perasaan Riana campur aduk, sedih sekaligus senang. Wanita di hadapannya bisa melakukan hal yang sama sekali tidak bisa dilakukannya. Saat itu, ia baru sadar siapa yang benar-benar mencintai Tyo.

Setelah peluncuran buku, dan ketakutan yang sempat hinggap perlahan menjadi indah, Riana kembali mendapatkan setumpuk pekerjaan. Sedikit lega karena Riandhika akan segera pulang. Malangnya, telepon dari Ibu bagai halilintar ditengah terik mentari. Untuk ketiga kalinya, Ayah mengalami serangan stroke, dan kali ini yang terparah.

Sosok Ayah dimata Riana adalah pria yang pertama ia cintai. Segalanya. Seketika Riana rapuh dalam pelukan Tyo tak jauh dari jarak pandang sosok pria bertubuh tegap.

Riandhika memanggil Riana pelan. Hatinya hancur mendapati pemandangan itu. Untuk marah, dirinya telah kalah. Ia teringat janji pada mertuanya, pria itu merasa bersalah telah begitu lama membiarkan Riana menghadapi segalanya sendirian.

Cynthia dengan berani menulis kisah Tyo dan Riana dan menerbitkannya, seolah ia ingin berseru tanpa menggurui perkara mencintai dan sebuah penerimaan. Sebuah ketulusan menjadi esensi cinta yang kokoh, dan Cynthia berhasil mengemasnya dengan apik.

Cynthia Febrina
June 25th 2014 by Elex Media Komputindo
200 pages

Peresensi; Isni Wardaton pada September 2014

Kamis, 12 Juni 2014

Benar dalam Jujur, dan Allah Mencintaimu



Judul           : Jujurlah, dan Allah Mencintaimu
Penulis        : Sa`id Abdul Azhim
Penerbit       : Fikr
Halaman      : 488
Tahun terbit : 2007
ISBN           : 978-979-15519-4-6

“Barangsiapa berpegang pada kejujuran, maka ia mendapat taufiq (kesuksesan) dari Allah”
Allah SWT. sangat mengagungkan kejujuran, bahkan menggantungkan kebahagiaan dan keselamatan hambaNya di dunia dan akhirat pada kejujuran. Demikian pula, Allah tidak menyelamatkan seseorang melainkan dengan kejujurannya, dan Allah tidak membinasakan seseorang melainkan karena kebohongannya.

Senin, 09 Juni 2014

Menghalau Galau dengan Air Mata




Judul          : Missed Call Me Miss U (I Will Survive)
Penulis         : Achi TM
Penerbit      : Penerbit ANDI
Cetakan       : I, 2013
Tebal          : 190 halaman
ISBN          : 978-979-29-3926-2

“Kenapa sih elo sama Olis nggak suka banget liat gue nangis? Gue kan cuma mau mencurahkan isi hati gue, mau keluarin semua beban dan kesedihan gue lewat air mata!” (halaman 17)     

Rabu, 14 Mei 2014

Agar Doamu Dikabulkan Malaikat

Judul buku   : Orang-Orang yang Didoakan Malaikat
Penulis          : D.A. Pakih Sati, Lc.
Tebal           : 152 halaman
Cetakan        : Maret, 2013
Penerbit       : DIVA Press
ISBN           : 978-602-7663-93-0

Mengimani Allah Swt. bahwasanya seorang muslim juga percaya akan makhluk yang diciptakan dari cahaya, dan memiliki kedudukan mulia disisiNya, kita menyebutnya dengan Malaikat.  Setiap dari malaikat memiliki tugas tersendiri yang telah ditentukanNya. Keberadaan malaikat dalam menjalankan tugasNya seperti pada wahyu yang sampai kepada Rasulullah Saw., tercabutnya nyawa para makhluk, juga malaikat menjaga manusia dari kejahatan jin dan syaithan.

Rabu, 30 April 2014

Mengenal Kehidupan Alam di Kutub


Alhamdulillah, saya diberi kesempatan merasakan nikmat dimuat tulisan di koran besar "KOMPAS". Nggak nyangka bisa nembus. Sekali lagi, puji syukur padaNya.


Kali ini, nggak perlu bertele-tele, langsung saja ke tulisan yang saya kirim ke Kompas. Cekidot!
****

Minggu, 30 Maret 2014

Pemuda Yang Dirindukan Surga


Awalnya saya sama sekali tidak tertarik dengan buku karya Dr. Sulaiman bin Qasim Al-`Ied. Tapi kuturuti saja kebiasaan membaca halaman cover dan halaman pembuka. Merasuk ke pokok pembahasan pertama dan selanjutnya, saya malah terbawa arus. Saya suka. Saya suka cerita Thalhah dalam buku ini. ^^

Sebelumnya, saya terlebih dahulu diperkenalkan pada sosok tokoh yang begitu bersemangat dalam menghafal Al-Qur`an, pemuda itu mampu mengkhatamkan Al-Qur`an dalam waktu semalaman. Ketika Rasulullah mengetahuinya, dengan rasa iba Rasulullah sallahu`alaiwasallam berkata, “Sungguh aku khawatir panjangnya masa yang akan engkau lalui, hingga membuat dirimu merasa bosan, bacalah (Al-Qur`an) itu dalam waktu sebulan.”

Pemuda itu sadar usianya yang sangat muda, ia sadar kesanggupannya, apalagi dengan anjuran Rasulullah. Tapi apa yang ia katakan? “Wahai Rasulullah, biarkan aku menikmati masa kuat dan mudaku ini.”

Begitulah sang pemuda berkali-kali memintanya hingga takaran akhir Rasulullah memberinya, “(khatamkan) pada setiap tujuh hari.” Tapi sang pemuda tetap kekeh meminta waktu yang lebih sedikit. Rasulullah menolaknya, rasa kasihan dan khawatir akan berhentinya amal mulia tersebut karena terlanjur bosan membaca lantunan suci tersebut. Sebab, amal yang paling dicintai Allah Ta`ala adalah yang dikerjakan terus menerus kendati (amal itu) sedikit.

Kamu mau tahu siapa nama indah pemuda itu? Tenang, akan kuberi tahu, namanya Abdullah bin Amr bin Al-ash. Ah, saya baru berkenalan dengannya. Apa ia sedang menungguku di pintu surga? Hhmn, *senyum-senyum

Sekarang akan kuceritakan seorang pemuda yang dijamin masuk Surga. Kalian tentu sudah dahulu mengetahui siapa pemuda itu, namanya terlantun indah dalam sebuah Qasidah Hasan bin Tsabit ra;

Dan Thalhah pada hari tercerai berai tetap menemani Muhammad
Pada saat terjepit dan penuh kesukaran
Ia melindungi dengan tangannya hingga beliau selamat
Sedang jari-jarinya di bawah pedang telah lumpuh
Beliau bersama Muhammad berada di barisan paling depan
Menegakkan panji islam hingga terbebas.

Ialah Thalhah bin Ubaidillah bin Sa`ad bin Taim bin Luay bin Ghalib al-Qurasy al-Tamimy. 

Semoga kita tetap dalam limpahan hidayahnya, lewat kisah-kisah yang masih layak kita konsumsi, kenapa tidak kita amalkan? Salam semangat. ^^


Kalau mau pinjam, atau mau tahu lebih jelas ceritanya, kudu deh hunting ini buku. :D

Mengotak-atik Kisah Kebetulan Menjadi Sungguhan


Jodoh selalu saja menjadi perkara yang dirumit-rumitkan. Biar dikata sudah ditentukan oleh-Nya, tetap saja ada orang tua yang memaksa seperti dialami Maya. Tokoh Maya dalam novel ini anak orang kaya.

Dia kuliah di luar negeri dan sengaja berlama-lama buat menghabiskan uang orang tua. Dia enggan pulang ke Indonesia. Maya benar-benar membuat ibunya berang dan ingin memaksa menjodohkan. Sementara itu, tokoh lainnya, Maia, adalah gadis desa yang dianugerahi kemampuan dapat membaca pikiran jelek orang.

Pada suatu hari, untuk pertama kalinya, Maia datang ke Jakarta. Dia menunggu tunangannya, Joni, menjemput di Stasiun Pasar Senen. Namun, Maia tertidur di stasiun tersebut dan tasnya raib. Celakanya, petugas keamanan tak mau peduli nasib Maia karena menurut mereka tas tersebut barang tak berharga. Ini berbeda sekali dengan keadaan Maia ketika di desa. Barang hilang akan dicari sama-sama sampai dapat.
 

Blog Template by BloggerCandy.com